Powered By Blogger

Minggu, 12 Desember 2010

Kenakalan Remaja Atau Kenakalan Orang Tua

Masalah kenalan remaja merupakan masalah yang kompleks terjadi di berbagai kota di Indonesia. Sejalan dengan arus modernisasi dan teknologi yang semakin berkembang, maka arus hubungan antar kota-kota besar dan daerah semkain lancar, cepat dan mudah. Dunia teknologi yang semakin canggih, disamping memudahkan dalam mengetahui berbagai informasi di berbagai media, disisi lain juga membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas diberbagai lapisan masyarakat.
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri.
Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya. Pertanyaannya : tugas siapa itu semua ? Orang tua-kah ? Sedangkan orang tua sudah terlalu pusing memikirkan masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya. Saudaranya-kah ? Mereka juga punya masalah sendiri, bahkan mungkin mereka juga memiliki masalah yang sama. Pemerintah-kah ? Atau siapa ? Tidak gampang untuk menjawabnya. Tetapi, memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada." (sumber Whandi.net/1 jan 1970).
Kenakalan remaja, merupakan salah si anak? atau orang tua? Karena ternyata banyak orang tua yang tidak dapat berperan sebagai orang tua yang seharusnya. Mereka hanya menyediakan materi dan sarana serta fasilitas bagi si anak tanpa memikirkan kebutuhan batinnya. Orang tua juga sering menuntut banyak hal tetapi lupa untuk memberikan contoh yang baik bagi si anak. Sebenarnya kita melupakan sesuatu ketika berbicara masalah kenakalan remaja, yaitu hukum kausalitas. Sebab, dari kenakalan seorang remaja selalu dikristalkan menuju faktor eksternal lingkungan yang jarang memerhatikan faktor terdekat dari lingkungan remaja tersebut dalam hal ini orangtua. Kita selalu menilai bahwa banyak kasus kenakalan remaja terjadi karena lingkungan pergaulan yang kurang baik, seperti pengaruh teman yang tidak benar, pengaruh media massa, sampai pada lemahnya iman seseorang.
Ketika kita berbicara mengenai iman, kita mempersoalkan nilai dan biasanya melupakan sesuatu, yaitu pengaruh orangtua. Didikan orangtua yang salah bisa saja menjadi faktor sosiopsikologis utama dari timbulnya kenakalan pada diri seorang remaja. Apalagi jika kasus negatif menyerang orangtua si remaja, seperti perselingkuhan, perceraian, dan pembagian harta gono-gini. Mungkin kita perlu mengambil istilah baru, kenakalan orangtua.
Orang tua, sering lupa bahwa prilakunya berakibat pada anak-anaknya. Karena kehidupan ini tidak lepas dari contek-menyontek prilaku yang pernah ada. Bisa juga karena ada pembiaran terhadap perilaku yang mengarah pada kesalahan, sehingga yang salah menjadi kebiasaan. Para orang tua jangan berharap anaknya menjadi baik, jika orang tuanya sendiri belum menjadi baik. Sebenarnya nurani generasai ingin menghimbau. Jangan ajari kami selingkuh, jangan ajari kami ngomong jorok, tidak jujur, malas belajar, malas beribadah, terlalu mencintai harta belebihan dan lupa kepada Sang Pencipta

Marilah kita uraikan satu persatu petuah atau nasihat-nasihat yang kita berikan sebagai orangtua kepada anak-anak kita padahal kita melakukan dan tidak melakukannya :

          Kita melarang anak kita berbicara kasar, padahal kita sering berkata-kata kasar pada anak kita.


Kita melarang anak kita tawuran atau ringan tangan, padahal kita sering menganiaya mereka anak-anak kita secara fisik, kita suka berkelahi di depan anak-anak kita, suka adu jotos di forum terhormat gedung lembaga legislatif ketika bersidang karena merasa tidak sepaham, yang di saksikan anak-anak kita langsung lewat televisi.

Kita melarang anak kita berbohong atau jujur, padahal sudah berapa kebohongan yang kita ciptakan kepada anak-anak kita.


Kita melarang anak kita mengkonsumsi narkoba, padahal kita sendiri adalah pemakai dan bandar narkoba itu sendiri.


Kita melarang anak kita bergaul bebas atau pacaran, padahal kita sendiri juga melakukan hal yang sama bergaul bebas baik dilingkungan masyarakat, maupun lingkungan kantor yang terkenal dengan nama selingkuh.


Kita melarang anak-anak kita minum-minuman keras dan berjudi, padahal kita adalah bandar judi dan pemilik pabrik menuman keras serta peminum dan penjudi.


Kita melarang anak kita merokok, padahal dirikita sudah sering membakar uang, dengan merokok di depan mata mereka, dan kita juga menjual rokok dan pemilik pabrik rokok.


Kita marah ketika anak kita tidak sholat, atau beribadah, padahal kita suka melalaikan bahkan tidak menunaikan kewajiban sholat.


Kita menghimbau agar anak-anak kita jangan mengkonsumsi tayangan yang pornografi, padahal dirikita sering menonton tayangan, membaca, mengakses situs-situs porno tersebut, bahkan kitalah yang memiliki media cetak, penulis naskah, membeli media-media pornografi tersebut.


Kita melarang anak-anak kita untuk menonton televisi terus menerus, padahal kita pengkonsumsi paling utama siaran televisi sampai tidak tidur.


Kita sering menasehati anak-anak kita untuk tidak berghibah atau memfitnah oranglain, padahal dirikitalah yang suka berghibah dan memfitnah itu.


Kita marah ketika tahu anak-anak kita sering nongkrong dan keluar malam, padahal kita juga melakukan hal yang sama, terkadang waktu shubuh baru pulang ke rumah.


Kita menasehati anak kita agar rajin sekolah, tetapi kita juga malas bekerja, bahkan sering mangkir dari kantor.


Kita mengeluhkan mengapa anak kita malas membaca, padahal kita juga sangat jarang memiliki kebiasaan membaca.


Kita sering mengajari mereka anak-anak kita untuk tidak melawan kepada orangtuanya, padahal kita dulunya juga suka melawan orangtua kita.


Kita marah ketika tahu anak kita suka mencuri, padahal kita sering mencuri uang negara, atau sering mendapatkan rejeki yang tidak halal.

Dan banyak lagi kenakalan-kenakalan yang kita lakukan sebagai orangtua, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga kita tidak termasuk dan tidak pernah melakukan kenakalan seperti yang diuraikan diatas. Amin. Jadi apa yang salah dengan kenakalan anak atau remaja, tidakkah ia sangat berbanding lurus dengan kenalan kita sebagai orangtua?

Senin, 29 November 2010

Artikel Management

Akhir-akhir ini pembicaraan mengenai pajak memang sangat menghangat setelah disulut oleh mafia pajak 'Gayus'. 'Gayus' dalam sekejap menjadi ikon dalam mafia perpajakan di tanah air tercinta ini. Facebooker yang sangat peduli terhadap uang rakyat ini pun menggeliat terhadap dunia perpajakan yang tak ingin ada 'Gayus-gayus baru' menggerogoti hak rakyat , masih banyak rakyat yang hidup di bawah kolong jembatan, di bantaran sungai, yang masih makan nasi aking, sekolah tak mampu, dsb.

Dalam rapat dengar pendapat lanjutan dengan Panja Pajak di Gedung DPR, Jakarta, 7/4/10, Dirjen Pajak Mochamad Tjiptardjo mengungkapkan bahwa jumlah tunggakan pajak hingga akhir Maret 2010 mencapai Rp50,5 triliun atau turun dibanding jumlah tunggakan awal Januari tahun ini yang mencapai Rp50,8 triliun.

Menurut Tjiptardjo, per 1 Januari 2010, memang ada 1,8 juta wajib pajak (WP) yang memiliki tunggakan senilai Rp50,8 triliun, dan pihaknya terus melakukan penagihan tunggakan itu.

"Sepanjang Januari hingga Maret, pencairan tunggakan dari penagihan sebesar Rp6,2 triliun," katanya.

Namun, menurut dia, sepanjang Januari-Maret lalu, ada tunggakan-tunggakan pajak baru yang nilainya mencapai Rp5,9 triliun, sehingga total tunggakan pajak per akhir Maret menjadi Rp50,5 triliun.

"Angka tunggakan ini sangat dinamis, berubah-ubah karena ada pembayaran tapi ada pula tunggakan baru," katanya.

Terkait perkembangan penanganan tunggakan pajak 100 WP besar yang per 1 Januari 2010 mencapai Rp17,5 triliun, Tjiptardjo mengatakan, proses penagihan terus berlangsung. "Selama tiga bulan, tunggakannya turun Rp5,6 triliun," katanya.

Ia menyebutkan, proses penagihan terhadap 100 WP besar akan terus dilakukan. Tindakan yang sudah dilakukan, diantaranya dengan mengirimkan 100 surat teguran untuk WP, mengirimkan 100 surat paksa untuk 100 WP, melakukan penyitaan atas aset 13 WP, memblokir rekening 10 WP, dan melakukan cekal (cegah dan tangkal) ke luar negeri untuk 12 Wajib Pajak.

"Juga termasuk penyanderaan untuk seorang WP," sebutnya.

Sementara itu terkait tunggakan pajak BUMN, Tjiptardjo mengatakan, dari 100 penunggak pajak tersebut, 16 diantaranya adalah perusahaan milik negara.

Sepanjang Januari-Maret 2010, sudah ada 5 BUMN yang melunasi tunggakan senilai Rp3,8 triliun sehingga sisa saldo tunggakan 11 BUMN lain masih Rp2,6 triliun.

Khusus untuk tunggakan pajak BUMN, lanjut Tjiptardjo, pihaknya memang menghadapi kesulitan antara lain karena beberapa BUMN yang menunggak pajak kini sudah dilikuidasi sehingga tidak mungkin lagi ditagih.

Selain itu, ada pula BUMN penunggak pajak yang memang benar-benar tidak memiliki likuiditas. "Karena itu, kami akan berkoordinasi dengan Kementerian BUMN untuk mencari solusi atas tunggakan ini," katanya.


Oke deh pak Dirjen, tagih terus tunggakan itu, jangan buat rakyat  enggan lihat pegawai pajak, kerja lebih keras demi rakyat jangan sampai kerja mafia pajak lebih keras dari pada jajaran yang bapak pimpin.